Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR) bekerja sama dengan Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional ke-16 dan Pertemuan Ilmiah ke-17 MPHPI pada 8–9 November 2025 di Palangka Raya. Kegiatan bergengsi ini dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri perikanan, serta perwakilan pemerintah daerah dan pusat. Forum ini menjadi ajang strategis memperkuat sinergi antara dunia akademik, riset, dan industri dalam upaya mempercepat hilirisasi dan diversifikasi produk perikanan nasional.
Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Firlianty, S.Pi., M.S., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata komitmen Universitas Palangka Raya untuk memperkuat riset dan inovasi di bidang pengolahan hasil perikanan, terutama di kawasan Kalimantan dan Indonesia bagian tengah. “Forum ini bukan sekadar ajang berbagi pengetahuan, tetapi momentum untuk membangun jejaring kolaboratif. Kami ingin mempertemukan peneliti, pelaku usaha, dan pemerintah agar inovasi hasil riset dapat terimplementasi dan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Dr. Firlianty.
Ia menambahkan, tema seminar tahun ini, “Kemandirian Perikanan Indonesia melalui Hilirisasi Terintegrasi dan Diversifikasi Produk,” diangkat sebagai refleksi atas tantangan sektor perikanan nasional yang memerlukan transformasi menuju ekonomi berbasis inovasi. “Hilirisasi tidak hanya berarti mengolah hasil tangkapan, tetapi mentransformasi riset menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Diversifikasi menjadi kunci menciptakan pasar baru, membuka lapangan kerja, dan memperkuat daya saing Indonesia,” jelasnya.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan UPR, Dr. Wilson, menegaskan bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi besar di sektor perikanan air tawar, namun kini menghadapi tantangan serius akibat pencemaran merkuri di sejumlah wilayah sungai. Dr. Wilson juga menyatakan bahwa fakultas siap membuka kolaborasi riset, publikasi bersama, dan pemanfaatan fasilitas laboratorium antarperguruan tinggi di seluruh Indonesia. “Kami percaya kolaborasi adalah kunci untuk memperkuat pendidikan tinggi, riset inovatif, dan industri perikanan nasional yang berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Palangka Raya, melalui Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Natalina Asi, M.A., menekankan bahwa UPR memiliki posisi strategis dalam tiga ruang pembangunan nasional — pengembangan riset gambut dan bioresources Kalimantan, dukungan terhadap kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), dan kontribusi terhadap transformasi riset nasional menuju Indonesia Emas 2045. “Kami menempatkan hilirisasi riset sebagai komitmen utama universitas. Tidak cukup hanya menghasilkan publikasi, tetapi juga teknologi, model bisnis, dan solusi kebijakan berbasis ilmu pengetahuan,” tegasnya. Ia juga menambahkan bahwa UPR berkomitmen memperkuat kemitraan penta helix — melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media — untuk menghasilkan inovasi yang unggul secara ilmiah, relevan secara sosial, dan kompetitif secara ekonomi.
Forum ilmiah ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan pakar perikanan. Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S. (Ketua Umum MPHPI/IPB University) dalam pidatonya menegaskan pentingnya mempercepat hilirisasi dan komersialisasi hasil riset agar tidak berhenti di meja laboratorium. “Sudah saatnya riset menjadi jembatan antara kampus dan industri. Hilirisasi adalah jalan untuk menjembatani kerja sama lintas sektor dan mendorong lahirnya inovasi bernilai ekonomi tinggi,” ungkapnya. Prof. Nurjanah juga menyebut bahwa MPHPI kini memiliki sekitar 500 anggota aktif dan akan memperluas kolaborasi dengan pendekatan penta helix agar lebih inklusif dan produktif.
Ir. Ishartini, Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BP2MHKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang hadir memberikan keynote speech mewakili Menteri KKP, menjelaskan bahwa KKP sedang menata ulang kebijakan sektor kelautan dan perikanan berbasis blue economy. “Kami menjalankan lima pilar utama: penangkapan ikan berbasis kuota, budidaya berkelanjutan, pengelolaan pesisir dan pulau kecil, pengendalian sampah plastik laut, serta pengembangan kampung nelayan Merah Putih. Kebijakan ini membuka ruang luas bagi kolaborasi perguruan tinggi dan asosiasi profesi seperti MPHPI,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa hilirisasi produk perikanan bernilai tinggi — seperti gelatin, kolagen, dan kultur jaringan — menjadi arah baru pengembangan ekonomi biru Indonesia.
Dari kalangan akademisi, Prof. Dr. Sc. Amir Husni, S.Pi., M.P. dari Universitas Gadjah Mada menyoroti pentingnya harmonisasi kurikulum Teknologi Hasil Perikanan (THP) di seluruh Indonesia. Ia menjelaskan bahwa forum kurikulum THP telah menyepakati perlunya keseimbangan antara standar nasional, keunggulan lokal, dan kebutuhan komunitas di masing-masing wilayah. “Kurikulum harus fleksibel dan responsif terhadap dinamika industri. Mahasiswa perlu dibekali kemampuan inovatif agar siap menghadapi transformasi digital dan ekonomi biru di sektor perikanan,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Prof. Dr. Ir. Tati Nurhayati, M.Si. dari IPB University menekankan perlunya penguatan kolaborasi antarperguruan tinggi untuk riset terapan dan pendidikan berbasis proyek. “Kita perlu menghubungkan pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Dengan sinergi yang kuat, hasil riset mahasiswa maupun dosen dapat langsung diarahkan untuk menyelesaikan masalah nyata, terutama di sektor pengolahan hasil perikanan dan pengembangan produk inovatif,” katanya.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno, M.S. dari Universitas Brawijaya mengajak seluruh pemangku kepentingan memperkuat kolaborasi lintas disiplin untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, keberlanjutan sumber daya, dan keamanan pangan. “Diversifikasi produk perikanan harus diarahkan ke produk bernilai tinggi, berbasis teknologi, dan ramah lingkungan. Ini bukan hanya soal industri, tetapi soal masa depan ketahanan pangan bangsa,” tegasnya.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan Pelantikan Pengurus MPHPI Korwil Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, sesi paralel paper presentation yang diikuti 58 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia, serta Gelar Produk Inovasi yang menampilkan hasil karya dosen, mahasiswa, dan pelaku industri dari berbagai daerah.
Menutup seluruh rangkaian kegiatan, Dr. Firlianty menyampaikan harapan agar forum ini menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan di bidang riset, pendidikan, dan inovasi perikanan. “Dari Palangka Raya, kami ingin mengirim pesan bahwa masa depan perikanan Indonesia ada di tangan riset, inovasi, dan kerja sama yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi lintas sektor, kita bisa mewujudkan perikanan yang mandiri, inovatif, dan menyejahterakan,” pungkasnya.