Air gambut merupakan jenis air yang banyak tersedia di sekitar kawasan hutan lahan rawa gambut di Kalteng. Air ini sesungguhnya kurang layak untuk diminum. Tapi dengan teknologi, para peneliti Unpar berupaya menjadikannya sumber air bersih bagi masyarakat.
Air gambut berwarna merah kecoklatan, terasa asam pekat, dan mengandung banyak partikel kecil dari pelapukan daun dan kayu-kayuan (sedimentasi). Belum lagi jika sudah mengalami pencemaran oleh berbagai aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Namun, ketersediaan air bersih bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan bergambut merupakan hal penting diperhatikan. Untuk itulah, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) Universitas Palangka Raya (Unpar) bersama tim melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengolah air gambut menjadi sumber air bersih.
Langkah pun dilakukan dengan menerapkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat sekitar.
Kegiatan ini bertujuan melatih masyarakat untuk dapat melakukan pemeriksaan kualitas air secara sederhana dan mengajak masyarakat melakukan pengolahan air gambut melalui penerapan teknologi sederhana untuk mendapatkan air bersih,??? kata Koordinator Tim Dr Berkat A Pisi MSi.
Berkat dan Ir Pordamantra M.Eng yang melakukan uji coba sekaligus pengabbian kepada masyarakat di Dusun Manyuluh, wilayah Desa Lahei, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, belum lama ini, juga menjelaskan mekanisme teknik pengelolaan air gambut menjadi air bersih secara sederhana.
Pertama, memeriksa kualitas air secara sederhana yang meliputi analisis sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi. Analisis sifat fisik air secara sederhana dapat dilakukan dengan mengambil segelas air yang akan dianalisa dimasukkan ke dalam botol. Sebelumnya dicium bau dan rasanya serta dilihat kekeruhannya.
Untuk analisis kualitas air secara kimia sederhana dapat dilakukan melalui prosedur sederhana. Setengah gelas air gambut yang akan diperiksa dicampur dengan setengah gelas air teh. Selanjutnya didiamkan dalam keadaan terbuka selama 1 malam. Keesokannya diperiksa. Jika ada perubahan warna, lendir, dan lapisan seperti minyak di permukaan, berarti kurang baik sebagai air minum,???.
Sehubungan dengan tujuan dan prinsip-prinsip dasar pengolahan air gambut, maka tim LPKM Unpar menerapkan model pengolahan air gambut bertingkat dengan cara koagulasi dan filtrasi.
Cara koagulasi dan filtrasi ini sangat berguna untuk air yang mengandung bahan kimia, bau, dan warna. Pada prinsipnya proses ini terdiri dari 2 bak. Bak pertama sebagai tempat reaksi kimia, dan bak kedua sebagai tempat filtrasi atau penyaringan.
Pembuatan unit pengolahan air. Disediakan 2 drum yang mempunyai kapasitas 100 liter atau lebih. Selanjutnya sediakan rak bertingkat, menggunakan bahan balok kayu atau kayu bulat yang tersedia di sekitar lingkungan desa/dusun.
Bahan-bahan yang akan digunakan sebagai penyaring kerikil, ijuk, pasir, dan arang yang dicuci dengan air panas. Bak penyaring dan bak tempat reaksi kimia kemudian disusun secara bertingkat.
Setelah itu, keran air pada kedua bak koagulasi dan bak filtrasi ditutup. Air olahan diisikan pada bak koagulasi dan bahan kimia (koagulan) dilarutkan terlebih dahulu di dalam ember kemudian dicampur dengan air olahan yang ada dalam bak koagulasi.
Kemudian air olahan tersebut diaduk selama 5 menit, selanjutnya didiamkan selama 10 menit. Apabila koagulasi dari bahan arang aktif, lama pengadukan dan penyimpanan selama 30 menit. Setelah didiamkan, air disalurkan ke bak filitrasi dengan membuka keran bak koagulasi. Sedangkan keran bak filtrasi jangan dibuka dulu supaya pasir telah terendam terendam.
Selanjutnya air diisikan kembali ke dalam bak koagulasi dan dilakukan proses koagulasi kembali. Setelah itu keran bak koagulasi dibuka, demikian pula keran bak filtrasi sehingga keluar air bersih dan layak untuk diminum.
Setelah air dalam baik koagulasi habis, keran bak filtrasi cepat-cepat ditutup. Pasir tetap dibiarkan dalam keadaan terendam terus meskipun tidak dioperasikan,??? katanya.